Wednesday, March 23, 2016

Gadget vs Mantan



Tema tauziah yang disampaikan oleh Ust. Wijayanto di acara milad YDSF ke-29 di AJBS, Minggu 20 Maret 2016 kemarin adalah "Keluarga Penuh Cinta Keluarga Ahli Surga". Beberapa poin penting sudah aku catat. Beberapa aku garis-bawahi. Tapi, ada satu kalimat yang menggelitikku, meski sebenarnya bukan baru pertama kali aku mendengar kalimat itu. Kalimat [yang laksana iklan] itu adalah: "Gadget. Menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh".

Kenapa kalimat itu menggelitikku?

Ada dua sebab.

Pertama, aku ingat perbincanganku dengan Wulan beberapa bulan yang lalu. Perbincangan iseng tentang bahaya pesona para mantan yang kadang masih tetap terkenang. Dan semakin meningkatkan alert bahaya karena sekarang ada gadget yang membuat kita jadi lebih mudah 'terhubung' dengan para mantan. Woohoohoo,...

Kedua, aku jadi teringat pesan dari mas Be, -- rekan di tempat kerja dulu.
Waktu itu mas Be bilang: 'Ir, kamu mesti inget satu hal yaa... Ntar kalo kamu udah merit, rival terberat kamu adalah mantan pacar suami kamu' *Sayangnya waktu itu aku lupa tanya, apakah itu juga berlaku sebaliknya? Maksudnya, rival terberat suamiku ntar adalah mantan pacarku. Hihihi...

Maaf ya, kalo bahasan ini agak panjang. Rada seru soalnya...

Catatan penting yang aku tulis dari tauziah Ust. Wijayanto [note: dengan bahasaku sendiri] adalah sebuah pernikahan hendaknya didasari oleh ikatan ibadah, bukan ikatan yang lain. Jika kita meniatkan sebuah pernikahan sebagai bentuk ibadah Lillahi ta'ala, insyaAllah kehidupan keluarga penuh cinta dan keluarga ahli surga bisa kita dapatkan.

Perceraian dan perselingkuhan seringkali terjadi karena (1) kurangnya amalan kebersamaan dalam sebuah keluarga sebab masing-masing pasangan larut dengan kesibukannya, (2) berdandan bukan untuk dinikmati oleh pasangannya, dan (3) adanya disharmoni dalam hubungan suami istri.

Disini aku bersyukur karena (1) aku masih bisa melakukan amalan kebersamaan dengan mas Iyar ditengah kesibukan kami, (2) kami sama-sama bukan orang yang suka 'dandan', artinya kami jauh terhindar dari 'tuduhan' berdandan bukan untuk dinikmati oleh pasangannya, hehehe,... dan (3) insyaAllah tidak ada rahasia diantara kami. [Note: Ust. Wijayanto menyebutkan salah satu bentuk 'rahasia' adalah pemakaian password pada gadget, sementara masing-masing dari kami saling tahu password yang kami pakai].

Balik lagi bahas masalah mantan.

Kebetulan hari ini, di grup multichat yang aku ikuti, ada yang nyeletuk tentang pesona mantan. Maka ikut nimbrunglah daku. Dan eng-ing-ing... kesimpulan akhir dari sekian panjang chat yang kami lakukan, ternyata kami semua pernah ga bisa melupakan pesona sang mantan!!!
Kami pernah 'jalan di tempat' karena selalu membandingkan pasangan baru kami dengan mantan yang kami anggap 'sempurna'. Kami pernah naif - merasa 'sok tahu' - siapa yang terbaik buat kami.

Tiba-tiba aku teringat kisah seseorang yang masih tetap tidak bisa melupakan pesona sang mantan. Sampai ketika anaknya lahir, nama sang mantan diabadikan menjadi nama anaknya.
Kisah lain lagi, seseorang yang masih diam-diam mengikuti kehidupan sang mantan melalui jejaring sosial, lalu diam-diam pula memendam iri terhadap kebahagian sang mantan [harusnya yang bahagia di samping lu tuh gueee.... *sambil mewek]
Juga kisah 'haru' tentang seseorang yang gara-gara gadget jadi ketemu ma mantan, trus membiarkan cinta yang sudah layu itu bersemi lagi *CLBK oh celebek celebek.

Hmm....
Pertanyaanku terjawab sekarang.
Ternyata pesan mas Be berlaku juga sebaliknya. Bahwa rival terberat suami adalah mantan pacar istri. Hahahaha... *Mas Be? Mana mas Be?

Dari kisah-kisah itu, aku teringat lagi dengan tauziah Ust. Wijayanto yang menyinggung masalah 'Baiti Jannati - Rumahku Surgaku'. Maksudnya adalah jika kita menciptakan suasana rumah seperti surga, insyaAllah semua 'godaan-godaan' kejam yang merusak kebahagiaan rumah tangga akan bisa terhalau. Apalagi kalo cuma godaan mantan!
Jangan jadikan gadget atau kemajuan teknologi sebagai 'kambing hitam' yang kita tuding sebagai penyebab perselingkuhan. Halooo, penyebab utama adalah hati kita sendiri bukan? Kalo kita bisa menjaga hati, insyaAllah perselingkuhan itu tidak terjadi.

Kalo saja para istri tahu bahwa begitu berat hukuman Allah terhadap seorang wanita yang telah bersuami kemudian berselingkuh, ~sebab dia mempunyai kewajiban menjaga martabatnya sebagai seorang istri. Dan kalo saja para suami tahu bahwa ketika dia mengucapkan ikrar saat menikahi seorang wanita, dia mempunyai kewajiban untuk membahagiakan wanita yang dinikahinya, ~haram baginya menyakiti wanita yang sudah menjadi istrinya, sementara perselingkuhan yang dia lakukan sungguh teramat menyakitkan bagi sang istri.

Sudah. Cukup kiranya hanya kisah-kisah itu yang terjadi. Semoga, keberadaan gadget dan mantan kita tidak merusak kebahagiaan rumah tangga yang kita bina. Cukuplah gadget sebagai media silaturahmi untuk hal yang umum saja dengan mantan kita. Selebihnya, jangan!




You might also like this post:

Sometimes Love Just Ain't Enough
SERONG

::[]::


#Catatanku :
Bp. Syaifullah Yusuf atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Ipul [wakil gubernur Jawa Timur] yang hadir sebagai tamu undangan di acara Kaafah YDSF Minggu kemarin, juga sempat menyampaikan bahwa "Secara tidak kita sadari, saat ini kita sedang membentuk generasi yang menunduk. Menunduk disini bukan berarti menunduk karena hormat, tapi karena sibuk dengan gadget masing-masing"
[Oooppss!!!]




2 comments:

  1. Eittsss.. kok kayaknya ada yang nyentil aku yaa.. hehehe..

    ReplyDelete