Tuesday, April 26, 2016

Cerita Izel Hari Ini



Aku merasa perlu mendokumentasikan percakapanku dengan Izel hari ini.
Percakapan yang penuh emosional (setidaknya menurutku) antara seorang ibu dengan anaknya yang berusia 3 tahun lebih 3 hari :)

Berawal dari pagi tadi saat aku tengah menyapu ruang tamu. Izel lagi asyik dengan mainannya. Dan karena keinginannya untuk minta ditemani tidak bersambut karena aku menyapu, Izel melempar mainan itu penuh emosi ke lantai. Nah, karena sebelumnya sudah ada perjanjian antara aku dan Izel --- bahwa kalau Izel masih suka berantakin rumah karena melempar-lempar mainannya, mainan itu bakal dibuang bunda -- maka aku sapu lah mainan yang Izel lempar ke lantai. Dan aku buang!!!

[Kesannya aku sebagai ibu kejam banget ya. Tapi alasanku melakukan ini adalah untuk mendidik Izel supaya lebih disiplin dan bertanggung jawab. OK, mungkin sebagian orang berpendapat Izel masih terlalu kecil untuk diberi aturan seperti itu. Mungkin saja mereka benar. Namun, bukankah mengarahkan sebuah ranting lebih mudah daripada mengarahkan batang?]

Lanjut.

Ketika mengetahui mainannya aku buang, Izel menangis.
Dia mengikuti kemana saja aku pergi dengan mengulang-ulang kalimat berikut:
     "Jangan dibuang kok!"
Tapi aku bersikukuh untuk sejenak 'mengacuhkan' protesnya.

Hingga tiba saatnya aku merasa 'cukup' bersikap acuh; aku mendatangi Izel yang saat itu berbaring di sofa (mungkin dia sudah capek mengikuti kemana aku pergi sementara aku cuek saja)

Aku belai kepalanya dengan lembut dan berujar ramah,
     "Izel kenapa?"
Masih dalam isaknya Izel menjawab,
     "Bunda nggak sayang Izel"
Aku membungkukkan badan lebih dekat sebagai ekspresi dari pernyataanku berikut,
     "Heeii, bunda sayang kok sama Izel"
     "Tapi bunda marah" Izel memberi alasan pernyataannya,
     "Enggak, bunda nggak marah..." tepisku lembut
     "Izel jadi nangis niihh" lanjut Izel lucu.

[Sampai sini aku sebenernya geli pengen ketawa denger kalimatnya. Tapi aku mencoba untuk menahan]

Aku tersenyum sambil merengkuh tubuh mungilnya. Memberi gestur kesediaanku menggendong dia.
Izel beranjak menyambut. Aku peluk Izel penuh cinta. Aku usap-usap lembut punggungnya. Mencoba memberinya pengertian agar dia benar-benar paham, bahwa
     "Bunda nggak marah ke Izel. Bunda cuma nggak suka sikap Izel yang lempar-lempar mainan. Bunda sayaaang banget sama Izel. Izel inget kan pernah janji ke bunda nggak akan lempar-lempar mainan? Nah, sekarang Izel mau mainan Izel lagi? Boleh. Tapi janji ya nggak lempar-lempar lagi?"

     Izel mengangguk.

Dan aku masih terus memeluknya erat.
Ada perasaan damai ketika tangannya yang mungil membalas erat pelukku.
Oohh....


::[]::

#Izel
#Parenting

 
Related post about Izel:
"Matahari"ku
Aku, Menjadi Ibu

Saturday, April 23, 2016

'Matahari'ku *



Semalam, -- waktu lihat Izel sedang lelap tidur -- aku tiba-tiba saja menyadari kalau Izel sekarang udah lebih tinggi.
*Haiiisshh, biasah. Penyakit emak-emak yang suka nganggep anaknya masih kecil.

Heii.. Izel sudah tiga tahun loh!!
Izel - sehari setelah lahir
Ga kerasa banget. Rasanya kmaren dia masih bayi deh. Huehehehe, lebay tralala...

Jam segini,--saat aku lagi tulis kisah ini-- 3 tahun yang lalu, aku lagi di kamar bersalin nyoba ngrasain nikmatnya kontraksi *idih.

Tapi aku ga akan cerita gimana proses Izel lahir kok.
Saat ini, aku lebih pengen cerita tentang proses pemberian nama Izel.

OK.
Jadi, sampe saat tuh jabang bayi lahir, emak sama bapaknya belom siap nama. Sehari setelahnya di rumah sakit, waktu lagi di kamar berduaan *si bayi lagi di kamar bayi,...* baru deh mikir mo dikasih nama apa.
Kalo mas Iyar sih dari awal-awal udah bilang ntar semua anaknya bakal dipakein last name 'AMIN' yang merupakan last name keluarga mas Iyar. Dan permintaan berikutnya, namanya harus terdiri dari tiga kata (first, middle, and last).  OK, baiklah. Berarti saat itu kami berdua udah punya satu kata untuk last name-nya *lumayan, udah ga perlu mikir dan nyari lagiii :D

Sekarang, tinggal nama depan dan tengah aja yang harus dicari.

Sambil berbaring, aku bilang ke mas Iyar kalo aku suka banget dengan nama 'ARSA' dan pengen nama itu dipakai. Mas Iyar setuju. Tapi kok aku belum begitu sreg ya? Semisal 'Arsa' kami pakai untuk first name-nya, berarti 'ARSA titik-titik AMIN', atau kalau untuk middle-name-nya, berarti jadi 'titik-titik ARSA AMIN'. Aduuhh... bagus ga sihh???
Izel - 04 Mei 2013

Puter-puter, mikir-mikir. Tiba-tiba cliiiinngg... Aku mendapat ide untuk memadukan nama 'Arsa' tadi dengan kata 'matahari' dalam bahasa Arab yaitu 'Syams'. Maka jadilah 'ARSYAMSI' sebagai middle name matahari kami :)
Kenapa mendadak memilih nama yang memiliki arti 'matahari'?
Ya. Karena aku berharap buah cinta kami akan menjadi matahari yang bisa memberikan banyak manfaat buat alam semesta. Selain itu, bukankah dia lahir tepat jam 12 siang saat matahari begitu terik bersinar? Jadi, pas banget kan?? *hehehehe....

Nah. Tinggal satu kata lagi!
Masih belum ada keputusan Arsyamsi akan kami pakai sebagai first name atau middle name. Kami butuh satu nama lagi untuk kami padukan dengan dua nama yang sudah kami pilih. Dan kami hanya mempunyai waktu seminggu untuk mencari. Karena seminggu setelah matahari kami lahir, kami berencana mencukur habis rambutnya sekaligus memberi dia nama.

Singkat cerita. Setelah berkutat dengan internet untuk mencari referensi nama-nama bayi, kami memilih 'FAZEL' sebagai first name putra kami.

Ada arti apa dibalik nama Fazel?
Sebenarnya nama Fazel kami ambil dari kumpulan nama bayi bahasa Persia yang artinya anak laki-laki yang terpelajar. Jadi jika kami gabungkan nama-nama pilihan kami yaitu Fazel Arsyamsi Amin, maka kurang lebih artinya adalah anak laki-laki terpelajar yang akan memberikan manfaat seperti matahari. Namun belakangan kami tahu bahwa ternyata nama Fazel dalam bahasa Arab mempunyai arti: pemisah antara hak dan batil.

Aamiin Allahuma Aamiin.
Semoga nama yang kami pilihkan -- yang juga merupakan doa kami -- diijabah oleh Allah SWT.


Izel in actions - Doa kami di nadimu
::[]::

Anakku,
Allah telah memahatmu dengan sempurna.
Maka kelak, tunaikan dhuhamu tanpa jeda!


* Fazel Arsyamsi Amin
April 23, 2013 - 12:00 PM
W: 2,7kg - L: 47cm


Cerita tentang Izel yang lain bisa dibaca di:
Aku, Menjadi Ibu

Tuesday, April 12, 2016

Mop. Mopped. Mopping.



Mama menuntut anak-anaknya bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan kurang lebih begini:
"Bukan untuk jaga-jaga kalian besok nggak bisa bayar pembantu,... mama doain anak-anak mama berkecukupan. Tapi seandainya meskipun kalian punya uang buat bayar pembantu tapi nggak bisa dapet pembantu, kalian tetep bisa ngerawat rumah".

Maka tertuntutlah diriku untuk bisa beres-beres rumah.
Dari mulai menyapu, membersihkan perabot, mengepel, mengganti sprei, mengganti gorden, dan beberapa jenis pekerjaan rumah lainnya.

Tapiii,... kalo ditanya jenis pekerjaan rumah apa yang menjadi favoritku; maka aku akan menjawab dengan lantang: Ngepeeeellll!!!!! *sambil tertawa dan bergaya ala pahlawan bertopeng Shinchan huahahahaha...
Nggak tahu ya. Kenapa kok aku suka banget ma pekerjaan rumah satu ini. Kalo alasannya karena sekalian bisa main air -- hmm, nyuci pakaian ma piring juga bisa sambil main air kan?
Ah, tapi sudahlah. Aku bukan mau ngebahas alasan kenapa aku suka ngepel.

Jadi, sejak SMA aku mulai dapat tugas dan tanggung jawab untuk bersih-bersih rumah. Awalnya random. Bergilir. Tapi seiring dengan waktu, tugas membersihkan perabot, menyapu dan mengepel jadi tugas yang diwewenangkan pada Ira seorang *halaahh.
Dan kesukaanku pada pekerjaan ini semakin tinggi setelah aku mendapatkan beberapa tips mengepel dari mas Ilyas* sekitar tahun 2006.

Alat pel Scotch-Brite in pose
OK.
Sebelumnya, mama memang sudah menyediakan dua alat pel di rumah. Satu disediakan khusus untuk mengepel bagian dalam rumah, satu lagi untuk bagian luar. Sengaja dibedakan supaya hasil mengepel di bagian dalam rumah lebih maksimal, karena bagian luar rumah biasanya lebih berdebu dan kotor. [: ini jadi alasan pertama mas Ilyas merasa tertarik untuk bantuin ngepel rumah waktu itu hehehe...]
Alat pel yang mama punya [gapapa ya kali ini nyebut merk :D] adalah alat pel 'si gagang kuning' Scotch-Brite dengan kain pel yang berbahan katun model bulat.

Kenapa pilih yang ini?
Bukan bermaksud untuk promosi atau apa yah,... Cuma memang dari sekian banyak alat pel yang sudah pernah dicoba, alat pel merk ini memang lebih awet bin hemat (karena kuat dan tersedia refill). Sementara alasan pilih model yang bulat supaya lebih memudahkan alat pel tersebut menjangkau bagian yang sempit seperti bagian belakang sofa, bawah meja, atau belakang lemari.

Lanjut bahas tips yang diberikan oleh mas Ilyas ya.

1. Semua orang pasti mengepel dengan cara berjalan mundur. Hal ini dilakukan supaya lantai yang masih basah tidak terinjak dan kotor lagi. Selain berjalan mundur, kebanyakan orang mengepel dengan cara mendorong kemudian menarik alat pel yang digunakan [termasuk aku, saat itu]. Padahal dengan cara seperti itu, debu atau kotoran yang sudah terbawa oleh kain pel akan kembali terdorong di lantai yang sudah dipel sebelumnya. Jadi mas Ilyas memberikan tips, untuk mendapatkan lantai yang lebih bersih, cara mengepel yang benar bukan dengan cara mendorong-menarik alat pel, tapi menggerakkan alat pel seperti menulis angka delapan secara horisontal. Intinya, kotoran yang sudah terbawa oleh alat pel harus dibawa ke arah lantai yang belum dipel.

2. Beberapa orang mengepel dengan membiarkan kain pel masih dalam keadaan benar-benar basah. Artinya, kain pel tidak diperas dengan maksimal. Memang, dengan kain pel yang dibiarkan basah, lantai akan terlihat mengkilat. Namun hal yang perlu dicatat disini adalah, lantai itu hanya mengkilat pada saat lantai masih dalam keadaan basah, karena begitu lantai sudah mengering, lantai yang sudah dipel tersebut malah akan terlihat kusam. Tips dari mas Ilyas, untuk mendapatkan lantai yang mengkilat, justru kita harus memeras kain pel sekering mungkin. Semakin sedikit air yang tertinggal di kain pel, semakin mengkilat lantai yang sudah dipel.

Stock Wipol yang ada di rumah.
3. Untuk pembersih lantai, mas Ilyas tidak membagi tips. Beliau hanya cerita bahwa di rumah, beliau menggunakan wipol sebagai pembersih lantainya. Meskipun tidak harum seperti pembersih lantai yang lain [bahkan cenderung mengingatkan kita pada bau rumah sakit], mas Ilyas lebih memilih memakai Wipol karena lebih kesat/tidak licin. Selain itu, karena Wipol juga mengandung anti bakteri, mas Ilyas merasa lebih aman memakai Wipol sebab beliau memiliki cucu yang masih balita dan suka main di lantai. Tapi, meskipun mas Ilyas tidak menyarankan kami memakai Wipol, toh kami akhirnya beralih memakai Wipol juga sejak itu hehehe.... [kami memilih yang aroma lime/lemon supaya ga terlalu bau rumah sakit :D]

4. Nah, kalau yang satu ini sebenarnya bukan tips; tapi jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh mama waktu itu.
Kenapa saat kita ngepel kadang suka tercium bau amis?
Jawaban dari mas Ilyas: Karena ada remah-remah makanan atau tumpahan minuman seperti susu yang belum tersapu. Remah-remah atau tumpahan minuman itulah yang menyebabkan bau amis. Jadi sebelum dipel, pastikan lantai sudah tersapu dengan bersih.

Mas Ilyas waktu itu sempat cerita bahwa kegiatan mengepel adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. Aku mengiyakan dan menimpali,
"Setelah selesai ngepel, selonjoran istirahat ngadem ngeringin keringet - sambil menikmati lantai yang udah kinclong ya, Mas?"
Mas Ilyas terbahak dan berujar, "Iya beneeerr! Rasanya puaaasss!!"
Hiyahahaahaha, itulah obrolan paling seru antara dua orang yang doyan ngepel.  Luar biasaahhh emang...

Mendadak teringat bapak waktu memperhatikan aku tengah asyik mengepel.
     "Kenapa, Pak?"
     "Gak papa. Bapak seneng aja lihat Ira ngepel. Kok kesannya nikmat banget"
Waktu itu aku cuma nyengir. Setelahnya aku baru nyadar, bahwa jika kita mengerjakan sesuatu dengan hati yang senang, hasil yang kita peroleh pasti memuaskan!  

::[]::

Thanks to mas Ilyas (Alm) atas ilmu ngepelnya


*mas Ilyas (Alm) adalah adik mbak Beng.
Related Post tentang mbak Beng bisa dibaca di Saat Tahu de Intan akan Menikah 




Monday, April 4, 2016

For My Dearest Best Friend



Sahabat,
Aku belajar banyak dari kisahmu.
Belajar arti berjuang, sabar, ikhlas dan tawakkal.
Belajar untuk selalu yakin akan kebesaran Allah kita.
Belajar senantiasa berbaik sangka dan bersandar pada Sang Pemilik.

Aku akui,
Jika aku berada di tempat engkau berdiri,
mungkin aku tak kan sanggup untuk melangkahkan kaki.
,~ jangankan untuk berlari sepertimu,
berdiri tegak pun aku merasa tak kan mampu.
[Aku rasa kau adalah manusia yang 'terpilih'. 
Bukankah Allah selalu adil?
Dia memberi cobaan sesuai dengan kemampuan hambaNya.
Jika Allah berkehendak memberimu ujian ini, 
itu karena engkau memang pantas dan mampu melewatinya]

Terbukti dari berat dan banyaknya ujian yang Allah berikan padamu,
tak membuat senyum di wajahmu surut.
Bahkan aku masih bisa mendengar tawa dan candamu yang merdu;
tak ada sumbang sedikitpun.
Engkau ikhlas menapaki ujianmu meski harus berdarah-darah.
Engkau senantiasa yakin dan berserah.
Engkau tetap percaya bahwa Allah memberi ujian ini karena cintaNya.
Sungguh!
Aku menangkap radar ketegaranmu!
[~ tapi tahukah kau, aku disini merasakan pilu menyaksikan ketegaran itu?]

Dan aku hanya berani berbagi dengan Cintaku.
Meluapkan segenap emosi yang sesak karena kisahmu.
Meski semula Cintaku hanya tersenyum,
namun kisah terakhirmu
membuat Cintaku menendang angin.

Sahabat,
Walau telah berulang aku ucapkan terima kasih,
aku masih merasa belum cukup.
Karena begitu besar nilai pelajaran yang kau bagikan.
Maka sekali lagi,
Terima kasih untuk datang bersandar padaku
setelah kau puas mengadu pada Sang Maha.
Terima kasih untuk mau berbagi
dengan memberiku pelajaran yang sangat berharga.
Ingatlah satu hal.
Sebatas kemampuanku,
aku ada untuk tempatmu bersandar.



::[]::


#ForMyDearestBestFriend
#MerangkaiKata
#HanyaAkuYangTahu