Tuesday, April 12, 2016

Mop. Mopped. Mopping.



Mama menuntut anak-anaknya bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan kurang lebih begini:
"Bukan untuk jaga-jaga kalian besok nggak bisa bayar pembantu,... mama doain anak-anak mama berkecukupan. Tapi seandainya meskipun kalian punya uang buat bayar pembantu tapi nggak bisa dapet pembantu, kalian tetep bisa ngerawat rumah".

Maka tertuntutlah diriku untuk bisa beres-beres rumah.
Dari mulai menyapu, membersihkan perabot, mengepel, mengganti sprei, mengganti gorden, dan beberapa jenis pekerjaan rumah lainnya.

Tapiii,... kalo ditanya jenis pekerjaan rumah apa yang menjadi favoritku; maka aku akan menjawab dengan lantang: Ngepeeeellll!!!!! *sambil tertawa dan bergaya ala pahlawan bertopeng Shinchan huahahahaha...
Nggak tahu ya. Kenapa kok aku suka banget ma pekerjaan rumah satu ini. Kalo alasannya karena sekalian bisa main air -- hmm, nyuci pakaian ma piring juga bisa sambil main air kan?
Ah, tapi sudahlah. Aku bukan mau ngebahas alasan kenapa aku suka ngepel.

Jadi, sejak SMA aku mulai dapat tugas dan tanggung jawab untuk bersih-bersih rumah. Awalnya random. Bergilir. Tapi seiring dengan waktu, tugas membersihkan perabot, menyapu dan mengepel jadi tugas yang diwewenangkan pada Ira seorang *halaahh.
Dan kesukaanku pada pekerjaan ini semakin tinggi setelah aku mendapatkan beberapa tips mengepel dari mas Ilyas* sekitar tahun 2006.

Alat pel Scotch-Brite in pose
OK.
Sebelumnya, mama memang sudah menyediakan dua alat pel di rumah. Satu disediakan khusus untuk mengepel bagian dalam rumah, satu lagi untuk bagian luar. Sengaja dibedakan supaya hasil mengepel di bagian dalam rumah lebih maksimal, karena bagian luar rumah biasanya lebih berdebu dan kotor. [: ini jadi alasan pertama mas Ilyas merasa tertarik untuk bantuin ngepel rumah waktu itu hehehe...]
Alat pel yang mama punya [gapapa ya kali ini nyebut merk :D] adalah alat pel 'si gagang kuning' Scotch-Brite dengan kain pel yang berbahan katun model bulat.

Kenapa pilih yang ini?
Bukan bermaksud untuk promosi atau apa yah,... Cuma memang dari sekian banyak alat pel yang sudah pernah dicoba, alat pel merk ini memang lebih awet bin hemat (karena kuat dan tersedia refill). Sementara alasan pilih model yang bulat supaya lebih memudahkan alat pel tersebut menjangkau bagian yang sempit seperti bagian belakang sofa, bawah meja, atau belakang lemari.

Lanjut bahas tips yang diberikan oleh mas Ilyas ya.

1. Semua orang pasti mengepel dengan cara berjalan mundur. Hal ini dilakukan supaya lantai yang masih basah tidak terinjak dan kotor lagi. Selain berjalan mundur, kebanyakan orang mengepel dengan cara mendorong kemudian menarik alat pel yang digunakan [termasuk aku, saat itu]. Padahal dengan cara seperti itu, debu atau kotoran yang sudah terbawa oleh kain pel akan kembali terdorong di lantai yang sudah dipel sebelumnya. Jadi mas Ilyas memberikan tips, untuk mendapatkan lantai yang lebih bersih, cara mengepel yang benar bukan dengan cara mendorong-menarik alat pel, tapi menggerakkan alat pel seperti menulis angka delapan secara horisontal. Intinya, kotoran yang sudah terbawa oleh alat pel harus dibawa ke arah lantai yang belum dipel.

2. Beberapa orang mengepel dengan membiarkan kain pel masih dalam keadaan benar-benar basah. Artinya, kain pel tidak diperas dengan maksimal. Memang, dengan kain pel yang dibiarkan basah, lantai akan terlihat mengkilat. Namun hal yang perlu dicatat disini adalah, lantai itu hanya mengkilat pada saat lantai masih dalam keadaan basah, karena begitu lantai sudah mengering, lantai yang sudah dipel tersebut malah akan terlihat kusam. Tips dari mas Ilyas, untuk mendapatkan lantai yang mengkilat, justru kita harus memeras kain pel sekering mungkin. Semakin sedikit air yang tertinggal di kain pel, semakin mengkilat lantai yang sudah dipel.

Stock Wipol yang ada di rumah.
3. Untuk pembersih lantai, mas Ilyas tidak membagi tips. Beliau hanya cerita bahwa di rumah, beliau menggunakan wipol sebagai pembersih lantainya. Meskipun tidak harum seperti pembersih lantai yang lain [bahkan cenderung mengingatkan kita pada bau rumah sakit], mas Ilyas lebih memilih memakai Wipol karena lebih kesat/tidak licin. Selain itu, karena Wipol juga mengandung anti bakteri, mas Ilyas merasa lebih aman memakai Wipol sebab beliau memiliki cucu yang masih balita dan suka main di lantai. Tapi, meskipun mas Ilyas tidak menyarankan kami memakai Wipol, toh kami akhirnya beralih memakai Wipol juga sejak itu hehehe.... [kami memilih yang aroma lime/lemon supaya ga terlalu bau rumah sakit :D]

4. Nah, kalau yang satu ini sebenarnya bukan tips; tapi jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh mama waktu itu.
Kenapa saat kita ngepel kadang suka tercium bau amis?
Jawaban dari mas Ilyas: Karena ada remah-remah makanan atau tumpahan minuman seperti susu yang belum tersapu. Remah-remah atau tumpahan minuman itulah yang menyebabkan bau amis. Jadi sebelum dipel, pastikan lantai sudah tersapu dengan bersih.

Mas Ilyas waktu itu sempat cerita bahwa kegiatan mengepel adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. Aku mengiyakan dan menimpali,
"Setelah selesai ngepel, selonjoran istirahat ngadem ngeringin keringet - sambil menikmati lantai yang udah kinclong ya, Mas?"
Mas Ilyas terbahak dan berujar, "Iya beneeerr! Rasanya puaaasss!!"
Hiyahahaahaha, itulah obrolan paling seru antara dua orang yang doyan ngepel.  Luar biasaahhh emang...

Mendadak teringat bapak waktu memperhatikan aku tengah asyik mengepel.
     "Kenapa, Pak?"
     "Gak papa. Bapak seneng aja lihat Ira ngepel. Kok kesannya nikmat banget"
Waktu itu aku cuma nyengir. Setelahnya aku baru nyadar, bahwa jika kita mengerjakan sesuatu dengan hati yang senang, hasil yang kita peroleh pasti memuaskan!  

::[]::

Thanks to mas Ilyas (Alm) atas ilmu ngepelnya


*mas Ilyas (Alm) adalah adik mbak Beng.
Related Post tentang mbak Beng bisa dibaca di Saat Tahu de Intan akan Menikah 




No comments:

Post a Comment