Wednesday, March 23, 2016

Gadget vs Mantan



Tema tauziah yang disampaikan oleh Ust. Wijayanto di acara milad YDSF ke-29 di AJBS, Minggu 20 Maret 2016 kemarin adalah "Keluarga Penuh Cinta Keluarga Ahli Surga". Beberapa poin penting sudah aku catat. Beberapa aku garis-bawahi. Tapi, ada satu kalimat yang menggelitikku, meski sebenarnya bukan baru pertama kali aku mendengar kalimat itu. Kalimat [yang laksana iklan] itu adalah: "Gadget. Menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh".

Kenapa kalimat itu menggelitikku?

Ada dua sebab.

Pertama, aku ingat perbincanganku dengan Wulan beberapa bulan yang lalu. Perbincangan iseng tentang bahaya pesona para mantan yang kadang masih tetap terkenang. Dan semakin meningkatkan alert bahaya karena sekarang ada gadget yang membuat kita jadi lebih mudah 'terhubung' dengan para mantan. Woohoohoo,...

Kedua, aku jadi teringat pesan dari mas Be, -- rekan di tempat kerja dulu.
Waktu itu mas Be bilang: 'Ir, kamu mesti inget satu hal yaa... Ntar kalo kamu udah merit, rival terberat kamu adalah mantan pacar suami kamu' *Sayangnya waktu itu aku lupa tanya, apakah itu juga berlaku sebaliknya? Maksudnya, rival terberat suamiku ntar adalah mantan pacarku. Hihihi...

Maaf ya, kalo bahasan ini agak panjang. Rada seru soalnya...

Catatan penting yang aku tulis dari tauziah Ust. Wijayanto [note: dengan bahasaku sendiri] adalah sebuah pernikahan hendaknya didasari oleh ikatan ibadah, bukan ikatan yang lain. Jika kita meniatkan sebuah pernikahan sebagai bentuk ibadah Lillahi ta'ala, insyaAllah kehidupan keluarga penuh cinta dan keluarga ahli surga bisa kita dapatkan.

Perceraian dan perselingkuhan seringkali terjadi karena (1) kurangnya amalan kebersamaan dalam sebuah keluarga sebab masing-masing pasangan larut dengan kesibukannya, (2) berdandan bukan untuk dinikmati oleh pasangannya, dan (3) adanya disharmoni dalam hubungan suami istri.

Disini aku bersyukur karena (1) aku masih bisa melakukan amalan kebersamaan dengan mas Iyar ditengah kesibukan kami, (2) kami sama-sama bukan orang yang suka 'dandan', artinya kami jauh terhindar dari 'tuduhan' berdandan bukan untuk dinikmati oleh pasangannya, hehehe,... dan (3) insyaAllah tidak ada rahasia diantara kami. [Note: Ust. Wijayanto menyebutkan salah satu bentuk 'rahasia' adalah pemakaian password pada gadget, sementara masing-masing dari kami saling tahu password yang kami pakai].

Balik lagi bahas masalah mantan.

Kebetulan hari ini, di grup multichat yang aku ikuti, ada yang nyeletuk tentang pesona mantan. Maka ikut nimbrunglah daku. Dan eng-ing-ing... kesimpulan akhir dari sekian panjang chat yang kami lakukan, ternyata kami semua pernah ga bisa melupakan pesona sang mantan!!!
Kami pernah 'jalan di tempat' karena selalu membandingkan pasangan baru kami dengan mantan yang kami anggap 'sempurna'. Kami pernah naif - merasa 'sok tahu' - siapa yang terbaik buat kami.

Tiba-tiba aku teringat kisah seseorang yang masih tetap tidak bisa melupakan pesona sang mantan. Sampai ketika anaknya lahir, nama sang mantan diabadikan menjadi nama anaknya.
Kisah lain lagi, seseorang yang masih diam-diam mengikuti kehidupan sang mantan melalui jejaring sosial, lalu diam-diam pula memendam iri terhadap kebahagian sang mantan [harusnya yang bahagia di samping lu tuh gueee.... *sambil mewek]
Juga kisah 'haru' tentang seseorang yang gara-gara gadget jadi ketemu ma mantan, trus membiarkan cinta yang sudah layu itu bersemi lagi *CLBK oh celebek celebek.

Hmm....
Pertanyaanku terjawab sekarang.
Ternyata pesan mas Be berlaku juga sebaliknya. Bahwa rival terberat suami adalah mantan pacar istri. Hahahaha... *Mas Be? Mana mas Be?

Dari kisah-kisah itu, aku teringat lagi dengan tauziah Ust. Wijayanto yang menyinggung masalah 'Baiti Jannati - Rumahku Surgaku'. Maksudnya adalah jika kita menciptakan suasana rumah seperti surga, insyaAllah semua 'godaan-godaan' kejam yang merusak kebahagiaan rumah tangga akan bisa terhalau. Apalagi kalo cuma godaan mantan!
Jangan jadikan gadget atau kemajuan teknologi sebagai 'kambing hitam' yang kita tuding sebagai penyebab perselingkuhan. Halooo, penyebab utama adalah hati kita sendiri bukan? Kalo kita bisa menjaga hati, insyaAllah perselingkuhan itu tidak terjadi.

Kalo saja para istri tahu bahwa begitu berat hukuman Allah terhadap seorang wanita yang telah bersuami kemudian berselingkuh, ~sebab dia mempunyai kewajiban menjaga martabatnya sebagai seorang istri. Dan kalo saja para suami tahu bahwa ketika dia mengucapkan ikrar saat menikahi seorang wanita, dia mempunyai kewajiban untuk membahagiakan wanita yang dinikahinya, ~haram baginya menyakiti wanita yang sudah menjadi istrinya, sementara perselingkuhan yang dia lakukan sungguh teramat menyakitkan bagi sang istri.

Sudah. Cukup kiranya hanya kisah-kisah itu yang terjadi. Semoga, keberadaan gadget dan mantan kita tidak merusak kebahagiaan rumah tangga yang kita bina. Cukuplah gadget sebagai media silaturahmi untuk hal yang umum saja dengan mantan kita. Selebihnya, jangan!




You might also like this post:

Sometimes Love Just Ain't Enough
SERONG

::[]::


#Catatanku :
Bp. Syaifullah Yusuf atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Ipul [wakil gubernur Jawa Timur] yang hadir sebagai tamu undangan di acara Kaafah YDSF Minggu kemarin, juga sempat menyampaikan bahwa "Secara tidak kita sadari, saat ini kita sedang membentuk generasi yang menunduk. Menunduk disini bukan berarti menunduk karena hormat, tapi karena sibuk dengan gadget masing-masing"
[Oooppss!!!]




Tuesday, March 22, 2016

Mata. Baca. Kaca




Kata Novi, wajah boleh aja imut. Tapi mata ga bisa nipu.

Usia seseorang bisa dilihat dari cara dia baca.

Alias kalo udah kepala empat, cara baca kita pasti... sreeett... media baca dijauhin dari mata atau kepala ditarik menjauh dari media baca karena mata udah rabun dekat. Hahahaha....

Dan taraaaa.... aku pun [akhirnya] mengalami kejadian bersejarah ituu!!!

Jadi, judul "Mata. Baca. Kaca" itu maksudnyaaaahh: 
MATAku kalo dipake BACA jadi berKACA-kaca karena pedih. Itu artinya MATAku kalo mo dipake BACA udah butuh KACAmata. Hihihihi....

Awalnya aku bertahan ga mo pake kacamata. Cari cara gimana supaya mata bisa normal lagi karena aku emoh tergantung ma kacamata. Berbagai macam tips aku lakukan demi mendapatkan mata normal kembali. Hasilnya? Ada sih. At least aku ga perlu sampe ngrasa puyeng yang teramat sangat sampe muntah-muntah lagi. Tapi siapa yang bisa nolak mata tua? Meski aku udah nyoba berbagai macam usaha, tetep aja aku ga bisa menghindari kerabunan itu.

Akibatnya, sejak susah baca karena rabun dekat yang melanda, kegiatan bacaku jadi terhambat. Majalah rutin bulanan yang biasanya selalu aku babat habis ga lama setelah majalah itu datang,-- boro-boro aku baca, -- aku buka halamannya aja udah males cos tulisannya bikin aku puyeng.

Begitu juga nasib para buku yang aku beli. Beberapa aku baca dengan jangka waktu yang super lama. Aku perlu bantuan senter saat baca untuk bikin tulisannya terbaca dengan jelas. Sementara beberapa yang tersisa harus bersedia hanya aku tumpuk berbulan-bulan tanpa aku sentuh *kasihaann...

Tapiii....
Setelah akhirnya aku nyerah dan terpaksa beli kacamata baca, aku keluarin deh tuh semua buku yang aku beli dan belum sempet aku baca. Aku kumpulin dan aku tumpuk jadi satu di atas lemari kecil di kamar dekat jendela. Di atas tumpukan itu ada tulisan imajiner yang terpampang lugas: 'SIAP DIBACA'. Sementara di kepalaku sudah ada rencana 'gila' untuk jadi sering ke toko buku lagiii... Hahahahaa....

Hikmah yang aku petik dari kisah rabun dekat ini adalah bahwa kita tidak akan pernah bisa melawan "UMUR". Karena meski aku berusaha dengan bermacam cara untuk tidak acuh pada kondisi mataku yang menua, toh akhirnya umurlah yang menang. Meski aku bertahan tetap 'sok imut', mataku tetep aja nunjukin kalo aku udah ga imut lagi. Hehehehe....

Baiklah.
Mulai saat ini, ada sebentuk benda lagi yang selalu aku tenteng kemana-mana.
Karena "Mata. Baca. Kaca", aku perlu "Kaca. Mata. Baca"


::[]::


#KacamataBaca
#RabunDekat







Friday, March 18, 2016

Hijauku, Birumu dan Sang Merah



Hijau ini [sebenarnya] sudah [mulai] menguning.

Dan semakin menguning kala aku mendengar Sang Merah menyenandungkan lagu cinta.
Melantunkan liriknya yang lantas begitu saja memupuskan Birumu.
Padahal sekian ribu malam aku lewati untuk menggerus Hijau ini ~dan kurasakan sia-sia.
[: Ah, apakah mungkin sebab aku terlalu larut dalam Birumu? Entahlah!]

Dan ketika Sang Merah tiba-tiba menyapa dan bercerita, kemudian bernyanyi,
~seolah mempertontonkan sebuah opera dengan cerita yang sungguh membeliakkan mata.
Aku terkesima.
Ada gelak yang tersedak [: Hahaha, ternyata aku tertipu]. Menertawakan sumbang sebuah kebodohan yang baru tersadari.  [: Hey! Kemana sajakah kau selama ini?]
Nanar tatapanku mengharu kala aku kembali lekat menatap lembar demi lembar halaman yang tergambar.

     Sungguh!
, aku mendapati diri begitu kerdil. Oleh keterpedayaanku pada Birumu yang memukau.

Namun opera Sang Merah begitu merdu.
Sehingga aku mulai menari. Berhula-jampi-jampi diteriknya sinar bulan. Menengadah pada gemintang yang bertabur menyingkap hitam sebagai tanda syukur atas ketersadaranku
[: Kau lihat? Akulah sang pemenang!]

Kencang aku berteriak. Sekencang hembus angin yang tak sanggup menggerakkan dedaunan. Menghancurluluhkan sisa-sisa Hijauku yang berpadu dengan Birumu. Mencampurnya dengan Sang Merah sehingga menjadi Kuning.

Dalam senyum kemenangan aku mengucap selamat tinggal.

Pada Birumu,
~sebab opera Sang Merah semakin menguatkan Kuningku.

Pada Hijauku,
~sebab Hijauku ada karena keberadaan Birumu.

Namun akan kubiarkan Birumu tetap tersimpan sebagai bagian dari warna yang kukenang.
Hingga aku menemukan Biru lain untuk melengkapi warnaku.
Untuk kemudian berpadu.
Satu.
Menjadi Putih.


____________________________________
NOTE:
Warna Primer adalah warna yang tidak dapat dihasilkan dari warna-warna lainnya. Terdiri dari tiga yaitu: BIRU, MERAH, dan Kuning

Warna Sekunder adalah warna yang dihasilkan dari perpaduan dua warna Primer:
Biru + Merah = Ungu
Biru + Kuning = HIJAU
Merah + Kuning = Orange

Warna Tersier adalah warna yang dihasilkan dari perpaduan satu warna Primer dan satu warna Sekunder.

Seluruh warna yang ada jika dipadukan akan menjadi warna PUTIH
Dan HITAM [menurut Miss Wiki] disebutkan sebagai ketidakberadaan warna/cahaya.

::[]::



#MerangkaiWarnaDalamCerita
#PerpaduanWarna
#HanyaAkuYangTahu

Wednesday, March 16, 2016

Aku, Menjadi Ibu



Baca status FB seorang teman yang begitu happy karena dari hasil USG dia tahu bahwa calon bayinya berjenis kelamin laki-laki, membuat aku menarik bibir untuk tersenyum.

Jadi inget waktu hamil Izel :D

Tahu hamil gara-gara celetukan Rina waktu aku curhat,
     "Kok sekarang aku jadi ngantukan ya, Rin?"
     "Hamil kali, Ir?"
     "Idiiihh, sok tauuu.., Dimana-mana orang hamil mah tanda-tandanya mual, bukan ngantuk!" jawabku lebih sok tahu.
Tapi ternyata Rina yang bener eh. Karena setelah aku test pake test pack beberapa hari kemudian, hasilnya positif.

Lalu sejak itu, mulailah banyak kejadian 'aneh' yang aku alami.

Aku jadi ga betah ma cuaca panas. Padahal tahu sendiri gimana hot-nya Surabaya apalagi menjelang akhir tahun. Jadilah aku bak tokoh silat Pendekar BerKipas karena kemana-mana selalu bawa kipas. Soalnya, kalo aku ngrasa kepanasan trus ga buru-buru kena hawa dingin, aku mendadak puyeng trus muntah. Aku juga tiba-tiba aja merasa mual dengan segala jenis wangi-wangian cewek [terutama wangi salah satu produk kosmetik berinisial 'O']. Mulai wangi bedak, body spray, parfum, hand body, bahkan sabun kecantikan macem Lux dkk bisa bikin aku eneg. Alhasil selama hamil, aku ga pernah bedakan, ga pernah pake lipstik, ga tersentuh hand body, dan cuma bisa pake sabun kesehatan macem Dettol, Lifebuoy atau Nuvo.
Hahaha... kayanya aku bermetamorfosis menjadi cowok. Karena sejak itu juga, aku sama sekali ga peduli dengan penampilan. Bahkan tetep cuek waktu mas Iyar -- suami tercinta -- dengan tulusnya bilang: "Cinta jelek banget!" *lol

Soal makan juga gitu.
Selama hamil aku mendadak doyan pepaya dan ga doyan ma sate ayam. Sama kerupuk yang biasanya hampir selalu jadi temen makan, selama hamil berasa kaya musuh. Tiap malem manjaa banget minta dipijitin mas Iyar karena suka berasa capek, sampe mas Iyar jadi paham bagian mana yang harus dipijit supaya capeknya ilang. Waktu aku puji makin lama pijitannya makin enak, mas Iyar becandain, 'Eh, aku punya ide. Gimana kalo aku buka usaha 'Pijit khusus Ibu-ibu Hamil'. Bwahahahaha....

Yang pasti, aku merasa ajaib.
Membayangkan ada sebuah makhluk bernama bayi dalam perutku.
Merasakannya Bergerak. Hidup. Tumbuh.
Mendadak suka berandai-andai dengan membayangkan bagaimana wajah bayiku saat nanti dia lahir.
Membayangkan bagaimana sibukku mengurusnya.
Membayangkan akan mengalami hal-hal luar biasa yang selama ini bahkan terbayang saja tidak.

Bulan depan, April tanggal 23, Izel genap berusia tiga tahun.

Hampir tiga tahun yang lalu, hari Senin, 22 April 2013, saat aku merasa sakit pinggang ketika berangkat ke kantor, aku mengelus perutku dengan lembut,
     "Jangan lahir dulu ya, Nak. Dokter Tjuput masih ke Padang. Baru Jumat ntar balik Surabaya"
Tapi siapa yang berhak menentukan kelahiran seorang bayi selain Allah?
Meski Izel diprediksi lahir tanggal 15 Mei 2013, toh dia 'berontak-minta-lahir' lebih awal.

Pagi dini hari, 23 April 2013 pukul tiga, ketubanku pecah.
Izel lahir normal tepat pukul 12 siang dengan tangis yang kencang. Alhamdulillah.

Sejak saat itulah, statusku berubah.
Aku, menjadi Ibu :)


::[]::


#Alhamdulillah #FeelAmazing
#MenjadiIbu #Izel



Thursday, March 10, 2016

Saat Tahu De Intan akan Menikah



Aku masih menangis setiap mengingat kejadian itu meski sudah berselang sepuluh tahun yang lalu.
-- Saat ketika bunda [didampingi mas Ipri] mengajak aku 'bicara' tentang pernikahan de Intan.

Bukan!
Bukan karena aku tidak suka de Intan menikah lebih dahulu. Bukan itu!

Memang. Ketika awal mendengar rencana pernikahan de Intan, ada perasaan perih [Aduuh, aku dilangkahin]. Hal lumrah [menurutku] yang akan dirasakan oleh seorang kakak jika mengetahui adiknya akan menikah lebih dulu. Tapi Alhamdulillah, insyaAllah aku ikhlas menerima kenyataan itu.
Namun perasaan perih yang hanya beberapa hari aku rasakan tak kunjung pulih justru lantaran sikap bunda yang merasa 'kasihan' padaku.
Jujur saja aku jengah!

Bunda -- dengan alasan tidak mau menyakiti perasaanku -- secara sembunyi-sembunyi mengurus segala hal untuk persiapan pernikahan de Intan. Dengan alasan menjaga perasaanku, bunda tidak melibatkan aku dalam urusan persiapan pernikahan de Intan. Sewa gedung, mengurus catering, menghubungi perias, semua dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Hingga akhirnya tiba saat bunda memutuskan untuk mengajak aku 'bicara' karena merasa sudah waktunya perlu melibatkan aku dalam proses persiapan pernikahan itu.

Malam itu. Di kamar bunda.
Hanya ada kami bertiga. Aku, bunda, dan mas Ipri.
Bunda memulai pembicaraan itu dengan maksud supaya aku tegar dan menerima kenyataan meski mungkin pahit. Aku hanya bisa mendengarkan dengan kepala tertunduk.
     Sampai saat mas Ipri bertanya dalam bahasa Jawa,
     "Wis, saiki ngomongo opo sing mbok rasakno"

Mendengar pertanyaan itu. Hatiku mencelos. Ada yang sesak dan ingin menerobos keluar namun terhalang. Saat itulah air mataku menetes.
Bunda panik. Mungkin bunda menganggap aku tidak ikhlas menerima kenyataan itu dan akan mengajukan protes.
   
Melihat aku belum menjawab, Mas Ipri mendesak dengan lembut,
     "Ngomongo, ojok dipendem dhewe"
Bunda dengan lembut ikut mendesak juga,
     "Apa yang Ira rasakan?"
Sekuat hati aku memaksa menjawab meski leherku tercekat. Hingga lirih aku berujar,
     "Ira takut, Ma" suaraku bercampur isak dan sesak
     "Wedi? Wedi opo??" Mas Ipri heran. Begitu pula bunda meski tak terucap.
Dan aku semakin tidak bisa menahan perasaan. Air mataku kian tak terbendung. Tumpah.
     "Ira takut kayak mbak Beng*,...." jawabku akhirnya.

Bunda terpekik,
     
     "Ya Allah.... Astaghfirullah! Istighfar nak! Mana ilmu agama yang selama ini Ira pelajari? Istighfar!"
   
Aku yang sudah terbawa emosi seolah tak mempedulikan pertanyaan bunda. Aku terus meluapkan perasaanku,
     "Mama punya mas, Ira dan ade. Mas Ipri punya Ici**, de Intan sebentar lagi nikah. Ira sendirian. Ira ga punya siapa-siapa. Ira takut. Ira ga mau kaya mbak Beng"

Tangisku semakin deras. Begitu pula isakan bunda.
Bahkan saat kemudian mas Ipri merengkuhku. Memelukku erat dan menghiburku dalam isaknya,
     "Koen duwe mas de. Koen sik duwe mas! Wis yo, Cup. Wis, ga usah wedi!"

Sungguh.
Aku masih bisa merasakan aura kejadian itu sampai sekarang.
Bagaimana usaha bunda untuk menguatkan aku, meski aku tahu sebenarnya saat itu bunda juga rapuh. Pun bagaimana kasih sayang mas Ipri yang terlihat dari tetesan air matanya untukku.
Aku masih bisa merasakan!



::[]::


_________________________
*mbak Beng adalah keponakan bunda yang masih single sampai beliau menutup mata
** Ici adalah putra semata wayang mas Ipri



#Kenangan
#ILoveYouMom #Mama
#MyBrother
#MySister

Tuesday, March 8, 2016

Seperti Ikan Laut



Aku ingat sekali.
Saat aku diinterview -- untuk tes masuk perusahaan tempat aku bekerja sekarang ini -- dan interviewernya memberi pertanyaan: "Sebutkan satu kata yang menggambarkan bagaimana Anda!" -- Aku dengan cepat dan yakin menjawab: "Sabar!"
Jawaban yang membuat sang interviewer terbelalak dan berseru: "Oyaa??"  untuk kemudian melanjutkan dengan pertanyaan: "Dari skala 1-10, sebutkan skala berapa kesabaran Anda!"
Lagi-lagi jawabanku: "Delapan" yang aku ucap dengan tegas membuat interviewer itu terkesima.

Ya!
Aku bisa menjawab secepat, seyakin dan setegas itu, karena SAAT ITU aku dikenal dan mengenal diriku sebagai orang yang sabar. [FYI: kesabaran itu aku peroleh dan aku pelajari dari ayahanda *Terima kasih, Pak. You are the best teacher]

Hm? Saat itu?
Berarti sekarang sudah enggak? *blushing sambil nyengir luebarrr...

Sebelum aku lanjutkan, aku akan memberikan sedikit gambaran tentang lingkungan tempat aku bekerja. OK?
Aku bekerja di sebuah perusahaan perorangan dengan satu pemilik dan aku adalah satu-satunya pegawai di perusahaan itu. Jenis pekerjaan yang aku geluti -- yang bekerja berdasarkan deadline, -- membuat atasanku sering senewen, panik, dan uring-uringan, karena klien-klien kami rata-rata tidak kooperatif dan peduli tentang deadline. Sikap tersebut, yang disertai pula dengan ucapan penuh sumpah serapah -- yang begitu sering aku dengar, dan diperparah dengan hanya akulah satu-satunya orang yang mendengar segala sumpah serapahnya setiap detik-detik mendekati deadline -- membuat tingkat-kesabaran-dengan-skala-delapanku itu terkikis.

Aku sudah terkontaminasi 'virus-negatif'-nya!
Apalagi ternyata tidak hanya aku yang 'merasakan' hal itu. Orang-orang disekitarku -- yang semula mengenal aku sebagai orang yang sabar -- juga merasakan perubahan yang sama. Saat itulah alarm 'wah-ini-ga-bener'ku berbunyi nyaring sekali. Ada perasaan 'tidak terima' karena 'kehilangan-kesabaran'. Perasaan itu kemudian menuntutku mencari 'sesuatu' yang bisa mengembalikan sabarku!

Lantas, aku bergabung di Success Mastery Club yang didirikan oleh Bp. Ariesandi. Berkumpul dengan orang-orang hebat dan belajar banyak hal disana setiap dua minggu sekali. Setiap hari mendapatkan suntikan semangat melalui grup tanpa henti. Menyerap segala hal positif yang diberikan dan dibagikan dengan cuma-cuma. Hingga aku merasa berhasil sedikit demi sedikit mengembalikan sabarku yang sempat hilang.

Saat ini, aku dalam proses belajar untuk [lebih] meningkatkan kesabaran. Aku menyadari bahwa aku setiap hari berinteraksi dengan lingkungan negatif. Maka aku membekali diri dengan selalu berpikir dan bersikap positif. Aku tidak mau terkontaminasi lagi. Aku tidak bersedia tertular lagi.

Aku ingin seperti ikan laut. Yang tidak asin meskipun berada di air asin.


::[]::


#SuccessMasteryClub
#BecomeALeader
#Sabar



Thursday, March 3, 2016

Sudah Tugas Setan



Pagi ini chat dengan teman tentang beberapa hal.
Dari mulai bahas tentang kejadian yang kemarin dia alami di kantor, puisi terakhir WS Rendra sebelum dia berpulang, sampai akhirnya bahas tentang 'tugas setan'.
[Hehehe, cewek kalo udah chat adaaa aja yang dibahas yaa...]

Lah kok terus ujung-ujungnya bahas tentang tugas setan itu gimana?

Iyya, jadi ceritanya sang teman ini kemarin dapat musibah *uangnya hilang di kantor. 1/3 dari gaji yang mau disetorkan ke bank untuk ditabung dan dia simpan di laci, raib saat dia sholat Dzuhur.
Teman ini mengikhlaskan kehilangan itu karena dia tahu bahwa memang sebagian dari harta yang dia miliki adalah hak orang lain. Jadi dia menganggap kehilangan itu sebagai bentuk sedekahnya.

She said:
"Ya wes, anggep aja bukan rejeki. Anggep itu hak orang lain biar ga nyesel"
"Alhamdulillah aku ikhlas, semoga bermanfaat buat yang ngambil"
"Innalillahi aja, semua dari Allah dan akan kembali kepada Allah"

Wohohoho... Keren yah :)

Dari situ bahasan kita berlanjut ke puisi terakhir WS Rendra yang notabene membuat sang teman selalu ingat 'Innalillahi', selalu ingat bahwa semua yang kita miliki adalah titipan.
Aku menimpali,
"Iya ya, kita lupa bahwa sebenernya kita ga punya apa-apa. Bahkan nyawa dan raga kita ini pun cuma titipan"
Dia mengimani.

Lalu mulailah bahas soal tugas setan.

Sebelumnya sang teman bilang bahwa kita butuh apapun untuk mengingatkan kita supaya iman kita tidak luntur. Salah satunya dengan berkumpul sama orang-orang sholeh supaya selalu diingatkan ke jalan yang benar. Aku setuju karena sebagai manusia, kita merupakan ladang khilaf. Kalau kita berbuat dosa, jangan salahkan setan yang sudah menggoda.
[Saat pembahasan inilah aku terkenang wejangan Bp. Ust. Rofiq waktu ada pelatihan di Batu Malang: Jangan mengkambinghitamkan setan yang menggoda manusia, karena memang sudah tugas setan menggoda kita. Dan keinginan setan untuk menggoda manusia itu sudah diijinkan Allah. Kita justru harus 'belajar' dari setan yang dari dulu sampai sekarang komit dengan janjinya untuk selalu menggoda manusia. Iya loh. Setan itu merupakan makhluk Allah yang menepati janji, Manusia kalah kalau soal itu. Kalau manusia seringnya janji ke gusti Allah mau tobat tapi tetep aja bermaksiat. Hahahaha...]

Jadi kesimpulan dari chat pagi ini, kita sebagai manusia harus mempertebal iman supaya tidak tergoda oleh setan. Sebab setan dengan tipu dayanya akan selalu berusaha melenakan manusia sampai akhir jaman.
Karena itu sudah tugas setan!


::[]::

#Sedekah
#IndahnyaBerbagi
#MempertebalIman

Wednesday, March 2, 2016

Sometimes Love Just Ain't Enough


Ketika seorang wanita akhirnya menjatuhkan pilihan pada pria mapan sebagai pendamping hidupnya, saat itu dia berpikir berdasarkan logika.

Hidup hanya dengan cinta aja ga cukup mas bro!!

Dibilang materialistis or matre??
*hellooww,.. masa mo beli beras pake cinta? Please deh!!!

Jadi, waktu ada temen cewek yang menolak cowok dengan alasan tuh cowok pekerjaannya-ga-jelas *slaen alasan lagi dideketin cowok yang lebih mapan juga* aku bisa paham [pake banget].

Tapi menurutku, selama pria itu adalah tipe pria yang bertanggungjawab, kayanya ga masalah. Seorang pria yang gigih dalam mencari rejeki dengan cara halal untuk memenuhi kesejahteraan rumah tangganya ga akan 'dibiarin' oleh Allah. Rejeki kan ada di tangan Allah. Allah sudah menjanjikan rejeki untuk tiap-tiap umat -- Dan Allah tidak akan pernah ingkar!
Kita ga pernah tahu nasib seseorang di masa datang. Bisa aja saat ini dia ada di tingkat yang lebih rendah dibandingkan orang lain, tapi mungkin Allah akan mendatangkan banyak rejeki buat dia di masa datang yang membuat dia ada di tingkat tertinggi.

Bener kaann?

Cumaa... 'Sometimes Love Just Ain't Enough' itu suka bikin para wanita [terutama yang sudah berumah tangga] LUPA bahwa pemberi rejeki yang sebenarnya adalah Allah.

Ketika suami 'hanya' memberi penghasilan yang 'ala kadar'nya, istri suka 'menuduh' suami yang kurang usaha lah, kurang bisa melihat peluang bisnis lah, ga becus kerja jadi cuma dapat gaji sedikit lah dan 'tuduhan-tuduhan' lainnya [*Astaghfirullah... semoga kita terhindar dari sifat seperti itu, Aamiin]
Dan itu membuat para wanita tersebut LUPA PULA untuk bersyukur. Bukankah meskipun sedikit rejeki itu datangnya dari Allah?

INGAT. Allah selalu mencukupi. Allah tidak akan membiarkan hambaNya [yang bersyukur] hidup dalam kekurangan, karena Allah tidak pernah MEMBUAT hambaNya kekurangan. Yang sering terjadi adalah hamba itu sendiri yang MERASA KURANG. Karena apa? Yaa itu tadi,... karena kurang bersyukur! Kok bisa kurang bersyukur? Karena mayoritas manusia menganggap bahwa rejeki itu berupa materi!

Mereka [lagi-lagi] LUPA, bahwa Allah sudah memberikan begitu banyak nikmat [baca: rejeki] pada mereka.
Ketika kita bisa bernafas dengan gratis tanpa harus mahal-mahal beli oksigen, bukankah itu merupakan rejeki?
Ketika kita bisa tidur nyenyak karena berada dalam rumah yang nyaman sementara banyak orang tidur beratapkan kardus, bukankah itu merupakan rejeki?
Ketika anak-anak kita tumbuh menjadi anak sholeh/sholehah, pandai, menjadi kebanggaan orang tuanya, bukankah itu juga merupakan rejeki?

Tapi emang bener, Sometimes Love Just Ain't Enough!
Jangan bilang CINTA pada Allah kalau dalam kehidupan kita masih saja mengingkari nikmatNya!
Karena cinta butuh pembuktian!


::[]::



#AyoIntrospeksi
#SelfReminder
#BelajarBersyukur