Saturday, February 27, 2016

Tolong Baca Tulisan Ini! Please, Saya Mohon!



Karena di sini saya ingin meluruskan 'kecerobohan' yang pernah saya buat.

Jika Anda pernah membaca tulisan saya dengan judul 'My Wedding [Behind the Scence]', maka saya mohon, teruskan membaca tulisan ini sampai selesai.

Tulisan itu saya buat kurang lebih satu setengah bulan SETELAH SAYA menikah.
[Please NOTE: Saya menikah 11 September 2011 sementara tulisan itu saya buat dan publish 21 November 2011]. Maka jika Anda baca dengan seksama, di akhir tulisan itu Anda akan mendapati kalimat:

'HARI ini, belum genap sebulan usia pernikahanku'

Karena memang, kisah dalam tulisan itu bukan kisah saya.

Pada saat menulis kisah itu kemudian mempublikasikannya, saya [sama sekali] tidak mempunyai pikiran, bahwa tulisan itu bisa dan akan menjadi fitnah bagi saya. Sebab, saya merasa bahwa blog saya HANYA AKAN dikunjungi oleh orang-orang yang dekat dengan saya -- yang notabene mengetahui dengan pasti kisah pernikahan saya yang sebenarnya.
Sama sekali tidak pernah terpikir bahwa [nantinya] TIDAK SEMUA pengunjung blog saya adalah orang-orang yang BENAR-BENAR mengenal dan mengetahui kehidupan dan kisah pribadi saya.

Ketika ada seorang teman yang membaca tulisan tersebut dan mengirim pesan,
"Ya ampun Iiirr,... aku sampe shock. Hah? beneran Ira ngrasa gini?? Tapi setelah baca kalimat 'belum genap sebulan' itu, aku jadi ngeh kalo cerita itu ga bener"

[Saat itu] saya tertawa geli.
Namun setelah waktu berselang dan saya mengetahui bahwa judul tersebut merupakan 'Popular Post' tertinggi yang artinya paling sering dibaca oleh pengunjung blog saya, saya mulai gelisah.

Mengapa?

Karena saya tidak bisa tahu siapa saja yang sudah membaca kisah itu. Kalau teman dekat saya saja [sempat] merasa tertipu mengira bahwa kisah itu adalah kisah saya, bagaimana dengan orang lain yang HANYA SEKEDAR LEWAT membaca dan jelas tanpa [merasa perlu bersusah-susah] mengkonfirmasikan kebenaran kisah itu setelahnya??
Bukankah mereka akhirnya beranggapan bahwa kisah itu adalah kisah saya??

Astaghfirullah....
Saya, TANPA SADAR telah memfitnah diri sendiri!!!
Saya telah mendzolimi diri sendiri dan orang-orang yang terlibat dalam kisah itu.
*Semoga Allah berkenan mengampuni khilaf ini...

Maka tulisan ini merupakan permintaan maaf saya pada:
1. Diri saya pribadi -- Karena telah ceroboh menulis sesuatu yang menjadi boomerang buat saya
2. Suami saya tercinta -- Karena telah membuat orang lain menganggap tidak pernah ada cinta diantara kami
3. Para pembaca -- Karena telah membuat Anda beranggapan seperti apa yang Anda anggap

Mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Selanjutnya, saya berjanji akan menuliskan kisah 'My Wedding [Behind The Scene]' saya yang sebenarnya.

Terima kasih telah membaca tulisan ini sampai selesai.

Salam,
Iera

::[]::

Belajar Bijak dalam Menulis

Tuesday, February 16, 2016

THINK Positive and FEEL Positive



Setiap orang pasti punya keinginan. Dan untuk mewujudkan keinginan itu diperlukan sebuah usaha. Salah satu usaha untuk itu adalah KEYAKINAN. Keyakinan disini adalah PEMIKIRAN POSITIF bahwa KITA BISA mewujudkan keinginan itu.

Pengetahuan tentang betapa hebatnya berpikir positif pasti sudah sering kita baca atau dengar.
Tapi, INI HARUS diperhatikan!
Bahwa ternyata selain BERPIKIR positif, MERASA positif juga perlu, karena jika pikiran kita sudah positif tapi perasaan kita masih negatif, hasil yang kita peroleh tidak sesuai seperti yang kita harapkan.

Contohnya.
Ketika kita mendapatkan sebuah tantangan mengerjakan proyek A. Kita mempunyai KEYAKINAN (pikiran positif) bahwa kita akan berhasil mengerjakan proyek tersebut tepat waktu, tapi disaat yang bersamaan kita merasa (negatif) 'hmm, tapi kalo semisal ntar ada kendala gimana ya??' maka yang kemudian terjadi adalah AKAN ADA KENDALA yang menyebabkan kita tidak bisa mengerjakan proyek tersebut tepat waktu.

Anda pernah mengalami hal ini?

Jika YA, itu disebabkan karena secara tidak kita sadari, perasaan negatif kita mengundang apa yang kita khawatirkan itu datang dan terjadi.

Ingat!
Segala SESUATU TERJADI SESUAI dengan APA YANG KITA PIKIRKAN dan RASAKAN.
Jika kita berpikir positif dan merasa positif, secara otomatis apa yang kita ucapkan dan lakukan akan bersifat positif. Jika semua yang kita ucapkan dan lakukan bersifat positif, maka HASIL yang kita peroleh akan positif pula.

Contoh (lagi ya).
Saat Allah memberikan cobaan berat pada kita.
Jika yang ada dalam PIKIRAN adalah: Aku PASTI BISA menghadapi ujian ini. Ada Allah bersamaku.
Kemudian PERASAAN yang ada adalah: Aku MERASA BERUNTUNG karena Allah masih berkenan memberiku ujian.

Bandingkan dengan jika PERASAAN yang ada adalah: Sedih, karena ada pertanyaan yang mengiringi: KENAPA Allah memberi ujian seperti ini? Apa dosaku?

Kira-kira apa yang terjadi dengan UCAPAN, PERILAKU dan HASIL yang kita peroleh?

Mari kita telaah dan renungkan bersama.

Jika pikiran yang (telah) positif tersebut DISERTAI PERASAAN POSITIF, maka UCAPAN dan PERILAKU kita dengan sendirinya akan selalu optimis, penuh semangat dan pantang menyerah dalam usaha dan doa [Perhatikan! Bahwa merasa beruntung telah diberi 'ujian' meletakkan 'ujian' tersebut sebagai suatu 'karunia' yang patut disyukuri dan diperjuangkan. Hal tersebut akan membuat kita senantiasa melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang baik pula] dan insyaAllah HASIL yang kita PEROLEH adalah keberhasilan kita menghadapi bahkan melewati cobaan itu serta memetik hikmah darinya.

Sementara jika pikiran positif yang ada DISERTAI PERASAAN NEGATIF, maka UCAPAN dan PERILAKU kita [secara tidak kita sadari] akan pesimis, tidak bergairah, kurang bersyukur, timbul rasa iri pada nasib dan keberuntungan orang lain -- karena keyakinan bahwa 'bisa-menghadapi-ujian karena Allah-ada-bersamaku, tidak didukung oleh perasaan yang sejalan dengan keyakinan itu -- Alhasil HASIL yang kita PEROLEH adalah cobaan itu terasa semakin berat seolah tidak berujung, mengakibatkan kita stress kemudian jatuh sakit.

Jadi, selanjutnya mana yang akan Anda lakukan?
Hanya 'berpikir-positif' saja atau 'berpikir-dan-merasa-positif'?
Anda yang memilih!


::[]::


#Catatanku
after #CoreTransformationWorkshop
#MentalJuara
#AlwaysPositive

Saturday, February 13, 2016

Memupuk Iri



Pasti pada nanya.

Kok memupuk iri? Ga salah?
Enggak! Soalnya yang di-iri-in adalah hal yang positif.
Misalnya?
Ga pake misal deh. Aku mo terus terang aja.

Jadi giniii... Akhir-akhir ini aku begitu banyak mendengar hal-hal yang beraroma 'kiamat'
[bahkan saat aku ikut Core Transformation Workshop bulan lalu, ada sesi ditanyain 'Apa hal terpenting yang akan Anda lakukan jika malaikat maut saat ini datang dan akan mencabut nyawa Anda?']

Pembahasan tentang hari akhir itu beruntun dan jediieerr bikin aku aware bahwa waktuku sudah begitu amat singkat. Apalagi memang tanda-tanda kiamat-sudah-dekat bermunculan satu per satu dan kian santer.
[aku ngrasa seolah 'dikejar' berita tentang 'kiamat' ini karena beberapa kali melakukan kegiatan *bahkan saat chat dengan teman* ujung-ujungnya ketemu sama bahasan 'kiamat']

Yang menjadi pertanyaanku adalah:
Jika nanti semua umat Nabi Muhammad SAW pasti masuk surga, berapa lama waktu yang aku habiskan penuh siksa di neraka?
Semua tergantung seberapa berat amalanku dibanding dosaku di hari perhitungan nanti. Sementara aku menyadari bahwa ibadah yang aku lakukan selama ini belum sempurna. Di sisi lain, aku menyadari bahwa aku masih juga sering [tidak sengaja] melakukan dosa.

Itulah yang kemudian membuat aku memutuskan untuk memupuk iri.
: memupuk iri pada orang-orang yang mendahulukan akhirat daripada dunia.
Iri pada orang-orang yang sholat wajib tepat waktu dan berjamaah, tidak putus untuk sholat sunnah, puasa Senin-Kamis, baca Al-Qur'an tiap hari, sedekah meski dalam keadaan susah, selalu bersikap baik, selalu terus belajar hal-hal yang positif dan banyaaak lagi.

Serius.

Melihat ada yang menjalankan sholat Dhuha atau Tahajjud rasanya ada yang nusuk-nusuk hati. Denger ada temen yang diajak maksi bareng terus nolak dengan halus, 'besok aja ya, sekarang aku puasa' -- rasanya gimaana gitu. Tahu ada yang ikhlas sedekah padahal hidupnya kurang beruntung (dibanding aku), sumpah bikin aku bener-bener malu.

Jadii,...
Akhirnya 'memupuk iri' ini menjadi awal aku menambahkan list dalam dream bookku, yaitu: Masuk Surga!
Yang harus aku lakukan selanjutnya adalah mencari coach yang bisa melecutku membuat blue- print Masuk Surga dan memastikan aku menjalankan semuanya.

Karena memupuk iri saja tidak cukup bukan?


:::[]:::

#MasukSurga
#SelfDevelopment
#DreamBook