Saturday, May 12, 2012

Pesan Moral dalam Kehidupan Politik (1 of 4)

Suksesi Sepeninggal Nabi

By: Nur Cholis Huda @Jalan Terpendek Menuju Tuhan

 

 

Di tengah maraknya perbincangan masyarakat tentang calon presiden dan wakil presiden, maka sebagai tambahan pengetahuan ada baiknya diketahui proses suksesi pada masyarakat muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW.
Sebagai contoh kasus, dapat dikemukakan suksesi pada zaman khulafaur rasyidin, empat khalifah utama sesudah wafat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.
Keempat khalifah taman ini tampil secara berurutan. Nabi digantikan Abu Bakar, digantikan Umar, digantikan Usman dan Ali naik menjadi khalifah dengan proses berbeda.

 
Abu Bakar
Ketika Nabi Muhammad wafat (632M), beliau tidak menyiapkan putra mahkota. Juga tidak memberikan pesan poses pemilihan khalifah. Masyarakat muslim yang masih amat muda harus memecahkan masa peralihan yang rawan di tengan masyarakat Madinah yang banyak orang munafik dan ingin menelikung Islam dari belakang.
Ketika mendengar Nabi wafat, banyak yang tak percaya. Umar Ibnu Khattab dengan suara lantang menyatakan, yang berkata Nabi wafat adalah pembohong dan munafik. Menurut Umar, Nabi hanya pingsan, menghadap Tuhan sebentar, nanti akan kembali.
Abu Bakar yang datang belakangan membuka penutup wajah Nabi dan menciumnya. Setelah yakin Nabi wafat, dengan tenang ia keluar dan mengumumkan kematian itu. “Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka beliau telah wafat. Barang siapa menyembah Tuhan, maka Tuhan selalu hidup dan tak pernah akan wafat,” kata Abu Bakar. Lalu ia mengutip Qur’an Surat Ali Imran ayat 144.
Umar gemetar mendengar Abu Bakar membaca ayat itu karena menyadari kesalahannya. Masyarakat pun percaya kepada Abu Bakar.
Di tengah rasa sedih yang mendalam dan belum lagi jenazah Nabi dikebumikan, informasi datang kepada Abu Bakar dan Umar bahwa kaum ansor (Muslim penduduk asli Madinah) berkumpul di balai pertemuan Saqifah bani Syaidah untuk menentukan pengganti Nabi Muhammad sebagai pemimpin kaum muslimin. Segera Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah menuju balai pertemuan itu.
Ketika mereka tiba, pertemuan hampir usai. Saad bin Ubaidah akan diangkat oleh kaum Ansor sebagai khalifah. Tapi Abu Bakar dan Umar tidak setuju, maka kelompok Ansor dan Muhajirin (kelompok yang hijrah bersama Nabi) berada di tepi jurang perselisihan.
Kaum Ansor tetap berkeras khalifah harus dari orang Ansor. Suasana mulai tegang, maka Abu Bakar yang santun tampil ke depan.
Ia menyampaikan dengan rinci jasa kaum Ansor terhadap Nabi dan Ummat Islam. Tapi dia juga menjelaskan betapa pentingnya khalifah ini di pegang kelompok Muhajirin, bukan kelompok Ansor.
“Anda sekalian bisa memilih salah satu dari dua orang ini,” kata Abu Bakar seraya menunjuk Umar dan Abu Ubaidah dan menerangkan kelebihan masing-masing dengan rinci.
Spontan keduanya menolak dan tak ada yang lebih tepat kecuali Abu Bakar sendiri. Umar menerangkan kelebihan Abu Bakar secara rinci. “Bahkan Rasulullah ketika sakit dan tak bisa menjadi imam, selalu menyuruh Abu Bakar mengimami kaum muslim, kita pun bermakmum di belakangnya,” kata Umar.
Hadirin bisa diyakinkan Umar kemudian dia menyatakan sumpah setia kepada Abu Bakar, diikuti semua muslmin, maka resmilah Abu Bakar sebagai khalifah. Kemudian Abu Bakar menyampaikan pidato singkat padat yang bersejarah itu.


To be continued...

No comments:

Post a Comment