Suksesi
Sepeninggal Nabi
By: Nur Cholis Huda @Jalan Terpendek Menuju Tuhan
Di tengah maraknya perbincangan masyarakat
tentang calon presiden dan wakil presiden, maka sebagai tambahan pengetahuan
ada baiknya diketahui proses suksesi pada masyarakat muslim sepeninggal Nabi
Muhammad SAW.
Sebagai contoh kasus, dapat dikemukakan
suksesi pada zaman khulafaur rasyidin, empat khalifah utama sesudah wafat Nabi
yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.
Keempat
khalifah taman ini tampil secara berurutan. Nabi digantikan Abu Bakar,
digantikan Umar, digantikan Usman dan Ali naik menjadi khalifah dengan proses
berbeda.
Abu Bakar
Ketika
Nabi Muhammad wafat (632M), beliau tidak menyiapkan putra mahkota. Juga tidak
memberikan pesan poses pemilihan khalifah. Masyarakat muslim yang masih amat
muda harus memecahkan masa peralihan yang rawan di tengan masyarakat Madinah
yang banyak orang munafik dan ingin menelikung Islam dari belakang.
Ketika mendengar Nabi wafat, banyak yang tak
percaya. Umar Ibnu Khattab dengan suara lantang menyatakan, yang berkata Nabi
wafat adalah pembohong dan munafik. Menurut Umar, Nabi hanya pingsan, menghadap
Tuhan sebentar, nanti akan kembali.
Abu Bakar yang datang belakangan membuka
penutup wajah Nabi dan menciumnya. Setelah yakin Nabi wafat, dengan tenang ia
keluar dan mengumumkan kematian itu. “Barang siapa yang menyembah Muhammad,
maka beliau telah wafat. Barang siapa menyembah Tuhan, maka Tuhan selalu hidup
dan tak pernah akan wafat,” kata Abu Bakar. Lalu ia mengutip Qur’an Surat Ali
Imran ayat 144.
Umar gemetar mendengar Abu Bakar membaca
ayat itu karena menyadari kesalahannya. Masyarakat pun percaya kepada Abu
Bakar.
Di tengah rasa sedih yang mendalam dan belum
lagi jenazah Nabi dikebumikan, informasi datang kepada Abu Bakar dan Umar bahwa
kaum ansor (Muslim penduduk asli Madinah) berkumpul di balai pertemuan Saqifah
bani Syaidah untuk menentukan pengganti Nabi Muhammad sebagai pemimpin kaum
muslimin. Segera Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah menuju balai pertemuan itu.
Ketika mereka tiba, pertemuan hampir usai.
Saad bin Ubaidah akan diangkat oleh kaum Ansor sebagai khalifah. Tapi Abu Bakar
dan Umar tidak setuju, maka kelompok Ansor dan Muhajirin (kelompok yang hijrah
bersama Nabi) berada di tepi jurang perselisihan.
Kaum Ansor tetap berkeras khalifah harus
dari orang Ansor. Suasana mulai tegang, maka Abu Bakar yang santun tampil ke
depan.
Ia menyampaikan dengan rinci jasa kaum Ansor
terhadap Nabi dan Ummat Islam. Tapi dia juga menjelaskan betapa pentingnya
khalifah ini di pegang kelompok Muhajirin, bukan kelompok Ansor.
“Anda sekalian bisa memilih salah satu dari
dua orang ini,” kata Abu Bakar seraya menunjuk Umar dan Abu Ubaidah dan
menerangkan kelebihan masing-masing dengan rinci.
Spontan
keduanya menolak dan tak ada yang lebih tepat kecuali Abu Bakar sendiri. Umar
menerangkan kelebihan Abu Bakar secara rinci. “Bahkan Rasulullah ketika sakit
dan tak bisa menjadi imam, selalu menyuruh Abu Bakar mengimami kaum muslim,
kita pun bermakmum di belakangnya,” kata Umar.
Hadirin bisa diyakinkan Umar kemudian dia menyatakan
sumpah setia kepada Abu Bakar, diikuti semua muslmin, maka resmilah Abu Bakar
sebagai khalifah. Kemudian Abu Bakar menyampaikan pidato singkat padat yang
bersejarah itu.
To be continued...
No comments:
Post a Comment