Thursday, January 7, 2016

Curhat di MedSos. Perlukah?



Facebook. 
Twitter.
Google Plus.
Instagram. 
Pinterest.

Adalah Top-Five media sosial yang populer di dunia.
[data diambil dari sarungpreneur dot com - klik disini untuk membaca lebih lengkap]

Sebelum lanjut, sebenarnya, apa sih media sosial itu?

Menurut WIKIPEDIA
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. 

sedangkan menurut ROMELTEAMEDIA DOT COM
MEDIA SOSIAL (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).


Dari pengertian tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa media sosial adalah sebuah SARANA bagi para penggunanya untuk MENGEKSPRESIKAN DIRI. 

Hmm??... Mengekspresikan diri?
Ekspresi yang seperti apa??

Terserah!
Mau-maunya yang punya akun!

Yang membuat akun medsos dengan niat berdagang, pasti akan sering upload dan posting semua yang berhubungan dengan produk yang dijual.
Yang membuat dengan niat berbagi ilmu, pasti akan lebih banyak sharing segala hal tentang ilmu yang ingin dibagikan.
Semua tergantung niat user atau pengguna medsos tersebut.
Bahkan yang membuat akun medsos dengan niat untuk NIPU juga ada!

Tapi yang akan kita bahas disini bukan niat para pemilik akun yang sudah disebut di atas, karena itu sudah jelas.
Yang kita bahas adalah para pengguna medsos yang [menurut pengamatan saya -- masih banyak] menggunakan medsos sebagai sarana 'CURHAT!'

Please note:
CURHAT yang saya maksud adalah membuat STATUS YANG sifatnya NEGATIF seperti maki-maki orang lain [termasuk nyindir], mengeluh ini itu, menceritakan nasib malang/sialnya, dll. 

Memang sih, kita bebas berekspresi dan mengungkapkan apa yang kita rasakan atau pikirkan. Tapi mbok yao [hadoh, bahasanyah...] agak difilter lah apa-apa yang akan dipublish. Biar tidak menimbulkan fitnah dari para pembaca. Sebab kalau sudah menyerempet ke area fitnah, ujung-ujungnya ketemu DOSA.

Kok bisa?

Lah iya, kalau semisal ada yang tulis status:
"Manusia itu diciptakan Tuhan punya otak. Kalo otaknya ga dipake apa bedanya ma binatang. DASAR BEGOOO!!"

Kira-kira, pembaca akan berpersepsi apa?
Bisa saja si penulis hanya sekedar iseng menulis status seperti itu. Tapi persepsi orang kan bisa berbeda. Belum lagi kalau yang baca merasa status itu ditujukan buat dirinya? Woo, bisa perang status kaya para selebritis tanah air kita tercintah *hehehe

Atau status seperti ini:
"Ya Tuhaaan, aku capek ngadepin dan hidup dengan dia. Aku sudah berusaha sabar, tapi bukankah Engkau menciptakan hati tidak untuk disakiti?"

Hayoohh???
Berdalih iseng membuat status seperti itu? Boleh.
Tapi andai status itu benar-benar terjadi dalam kehidupan pribadi si penulis, pantaskah itu diumumkan pada dunia? Kalau kemudian setelah itu tiba-tiba ada yang japri "menunjukkan simpati". Lantas karena merasa ada yang memperhatikan curhatpun berlanjut... terus dan terus...   *dueenngg... eng iing eeenng.... ! 

Jadi? Lalu? 
Bagaimana bentuk ekspresi yang pantas dipublikasikan di media sosial?

Pertanyaan itu saya lempar, kalau menurut ANDA bagaimana? 



::::::: [] :::::::



Biarkan hanya Allah yang tahu bahwa kita LEMAH,
karena hanya Allah yang tidak akan menertawakan kelemahan kita.

Dan biarkan hanya Allah pulalah yang tahu bahwa kita KUAT,
agar kita tidak sempat sombong sebab sebenar-benarnya kekuatan hanya milikNya.



#AyoIntrospeksi
#ReminderForSelf





No comments:

Post a Comment