Wednesday, October 6, 2010

Sebentuk Cinta untuk Naia

Dia bukan seperti perempuan kebanyakan yang mau menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdandan, namun justru cantik yang berbalut kesederhanaan dan kenaturalan itulah yang membuat dia terlihat lebih sempurna diantara perempuan-perempuan lain yang kukenal. Dia juga bukan tipe perempuan yang memanfaatkan kecantikan untuk menarik perhatian dengan sikap dan gaya menggoda. Karena sungguh! Dia tidak perlu melakukan itu: diamnya cukup mampu membuat para lelaki terkapar luluh.


Namanya: Naia. Tapi aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan ’Nay’ saja. Perempuan yang aku puja, yang menjadi cahaya dalam gelapku.


Berawal dari 60 bulan yang lalu saat menjabat tangan Nay – berkenalan. Awal yang tidak memiliki arti sama sekali hingga saat tujuh malam berturut-turut sesudahnya, sosok Nay menghiasi mimpiku. Mimpi yang akhirnya mengubah rasa yang ’tidak berarti’ itu menjadi ’sedikit berarti’. Rasa ’sedikit berarti’ yang kemudian membuat aku merasa ’terpanggil’ mendekati Nay untuk mencari tahu makna di balik mimpi itu. Rasa yang kemudian berubah menjadi cinta dan kian meraja tumbuh dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya pengenalanku terhadap seorang Naia.


Namun Naia adalah sebuah hati yang begitu sulit dimiliki. Kelemahlembutannya ternyata bukan refleksi bahwa hatinya mudah diraih.


Tidak kurang dari lima tahun aku berusaha menaklukkan hatinya. Segala cara telah terupaya untuk meyakinkan dia bahwa aku sungguh cinta. Lima tahun tanpa hasil namun sama sekali tidak membuatku merasa telah melakukan hal yang sia-sia. Sebab bagiku, Nay adalah sosok yang layak untuk diperjuangkan dan pantas mendapatkan itu semua.


Aku sunguh ingin memiliki dia!


Hingga saat aku tersadar bahwa aku telah sampai pada titik pencarian makna di balik memimpikan Naia 60 bulan yang lalu. Sebuah jawaban yang sekian lama aku cari:


Tuhan menghadirkan Naia dalam hidupku bukan untuk aku miliki. Tapi untuk mengenalkan aku pada sebuah bentuk lain dari sebuah cinta yang sangat indah,


Cinta sejati. Cinta tulus tanpa pamrih. Cinta tanpa syarat.


Maka, aku memutuskan melepas Naia dalam kebebasan tanpa terganggu upayaku meyakinkan cinta!


Nay, bila nanti aku mendapat kesempatan untuk memilih, aku tidak akan berpikir dua kali untuk memilihmu. Tapi bila ternyata aku memang harus dihadapkan pada kenyataan yang tidak berpihak, sekuatnya aku akan berusaha menegarkan hati dan meyakini, bahwa inilah yang terbaik, … untukmu, (bukan untukku!)

No comments:

Post a Comment