Saturday, October 30, 2010

Dongeng Indah Ayahanda #2

          Dengan perasaan yang tercabik Sang Raja berjalan tak tentu arah. Sang Raja membiarkan kakinya bergerak menuntun kemana dia melangkah.
        
        Hari berganti, minggu berlalu, bulan terlewati. 
        Tibalah Sang Raja di sebuah hutan yang lebat. Hutan yang bagi kebanyakan orang merupakan tempat yang menakutkan, justru menjadi tempat yang memberikan ketenangan bagi Sang Raja. Sebab Sang Raja tak perlu merasa harus khawatir bertemu dengan manusia dan menanggung malu karena keadaannya sekarang.

        Malam tiba.
        Gelap membungkus mata.
        Tiba-tiba Raja menyadari, bahwa tempat yang semula dianggapnya memberi ketenangan adalah tempat yang berbahaya.
        Bagaimana jika tiba-tiba ada Harimau yang menerkam? Bagaimana jika di dahan pohon tempat dia bersandar ada seekor ular besar yang lapar?
        Perasaan itu membuatnya mulai 'merindukan' manusia. Manusia yang semula dia hindari kini dia butuhkan keberadaannya. Bagi Sang Raja saat itu, lebih baik bertemu manusia dan merasa malu daripada harus bertemu binatang dan kehilangan nyawa.
        

Ketika mata Sang Raja sudah terbiasa oleh gelap hutan dengan bantuan cahaya bulan yang menerobos dedaunan dan belukar, Raja beranjak tertatih - bermaksud mencari tempat yang lebih aman untuk berlindung. Selang beberapa waktu, bersamaan dengan rasa lapar yang kian mengganggu, samar-samar Sang Raja melihat sebinar cahaya di depannya.
        Cahaya lampu minyak!
        Di tengah hutan? Sang Raja tak kuasa menahan heran. Oleh rasa penasaran ingin tahu secara pasti apakah benar apa yang dilihatnya, Sang Raja bergegas menuju arah cahaya.

        Cahaya itu berasal dari sebuah gubuk tua.
Terkalahkan oleh rasa was-was, penat, dan lapar, diketuknya pintu gubuk itu pelan.

        Pintu terkuak. Seorang perempuan renta berdiri di hadapannya.

        Bila biasanya kala bertemu dengan seseorang Sang Raja mendapatkan sembah, namun kali ini tidak. Pakaian dan badannya yang teramat kotor sama sekali tidak menampakkan bahwa dia adalah seorang Raja. Bahkan jika dibandingkan dengan perempuan renta yang ada di hadapannya, Raja terlihat seperti peminta-minta. Namun bukan sembah yang Sang Raja butuhkan saat itu.
        "Maafkan saya yang mengganggu waktu istirahat Anda, Ibu Tua. Tapi saya membutuhkan tempat untuk beristirahat di hutan yang gelap ini" Sang Raja menyampaikan maksudnya.

Perempuan tua itu menyambut dengan ramah. Dia mempersilakan Raja masuk ke gubuknya. Gubuk yang sangat sederhana, namun kebersihan dan kerapiannya sungguh terawat dan terjaga. Sempat terbersit tanya di benak Sang Raja, Bagaimana bisa perempuan setua itu mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri?
        "Melihat pakaian yang Kisanak kenakan, pasti Kisanak telah melakukan perjalanan yang sangat jauh" Sang Raja terkagetkan oleh pernyataan perempuan itu.

Dalam diam Sang Raja mengiyakan ketika kemudian perempuan tua itu mempersilakannya beristirahat di sebuah dipan. Sebagai seorang raja, dia memiliki dan masih mengingat tata krama. Tidak mungkin dia berlama-lama di gubuk itu hanya berdua dengan lawan jenisnya.
        "Saya tidak akan lama di sini, Ibu. Saya hanya ingin menumpang istirahat barang sejenak"  

Perempuan tua itu tersenyum. Seolah tahu apa yang terlintas di benak laki-laki kumal dan kotor di hadapannya.
        "Hilangkan dulu penat Kisanak setelah berjalan sekian lama,..." perempuan itu berkata,
        "Bersihkanlah badan Kisanak di pancuran yang tidak jauh dari gubuk ini, kemudian kita bersama-sama menikmati santap malam yang sedang disiapkan oleh anak gadis saya" lanjutnya.

Kalimat tersebut menjawab pertanyaan Sang Raja bahwa Perempuan Tua itu tidak tinggal di hutan ini seorang diri. Baru saja Sang Raja akan menjawab tawaran tersebut ketika perempuan tua itu kembali berkata,
        "Bila Kisanak memang ingin melanjutkan perjalanan, lakukan saja besok pagi. Malam ini, lebih baik Kisanak bermalam di sini" 

        Sang Raja tersenyum untuk kemudian mengangguk dan mengucap terima kasih.


Break lagi aahh...

No comments:

Post a Comment