Wednesday, November 3, 2010

Terlanda Rindu


Ternyata rasa itu belum terpangkas tuntas.
Sebab ketika bayanganmu hadir tak terencana,... aku merasa biru. Mungkin memang akar rasa itu sudah teramat kuat. Sekian waktu yang terasah membuat pangkasan yang terupaya tak terlalu membuahkan maksud.
          
Dan ketika malam itu aku kembali merasakan indah cintamu yang selama ini senyap, - dari peluk yang engkau rengkuhkan, senyum yang engkau berikan, dan tatapan mata yang sarat luapan cinta,  
: sungguh,... aku harus mengakui bahwa aku rindu; teramat sangat.

Aku tak menemukan jawaban ketika berulang kali aku bertanya, mengapa?
Mungkinkah karena dia yang begitu mengingatkan?
[ah, Cinta,... sungguh ada kamu dalam dia]
          
             Entah!!!

Aku hanya berharap satu.
Bila memang hanya sebatas ini yang termiliki, biarlah tetap ini yang termiliki. Hingga tiba saat upaya itu membuahkan yang termaksud dalam hati.

[tahukah kau Cinta, terkadang aku merasa bahwa diapun memiliki rasa. Ketika segenap perhatian dan pengertian yang terlimpah tersirat tulus, ketika tatapan matanya yang lembut menikam tajam, sebentuk tanya kerap menghujam: Adakah juga dianya dalam aku?]



:: merenungkanmu lagi menggugah haruku ::
[Di, emosi 'itu' merupakan bukti bahwa kita adalah manusia,...]

5 comments:

  1. cinta itu bukan untuk diharap... tapi cinta akan hadir bila kita merengkuhnya

    ReplyDelete
  2. Hahaha,... I hope they read this!!!

    ReplyDelete
  3. jangan sering menggunakan kata 'berharap' maupun 'harapan' .. maka cinta itu akan semakin jauh

    ReplyDelete
  4. Banyak yang bisa hilang daripadaku termasuk KESABARAN. Tapi satu yang tak pernah hilang yaitu HARAPAN (BUYA HAMKA)

    ReplyDelete
  5. benar .. hanya harapan lah .. yang membuat hidup kita serasa lebih ringan

    tapi di dunia nyata ini .. harapan bukanlah satu2nya yang membuat kita ingin tetap hidup ...

    rasa bersyukur yang menjadikan kita bisa menikmati hidup

    ReplyDelete